Kamis, 14 April 2011

Salah Kaprah di Masjid-Masjid NU di Hari Jumat

Sebelum saya ngelantur kemana-mana, saya nyatakan bahwa saya adalah warga NU asli sejak lahir. Saya pernah punya kartaNU, tapi sudah hilang. Sekarang saya hidup di masyarakat yang 85% warganya adalah warga NU. Sebab saya hidup di masyarakat NU, tentu saya setiap kali / sering kali melihat kebiasaan-kebiasaan masyarakat saya yang salah tapi kaprah, bahkan sampai pada taraf "menyesatkan". Salah satu salah kaprah itu adalah yang biasa terjadi di masjid- masjid NU, diantaranya adalah:

1) Berbaurnya (ikhtilath) jamaah laki-laki dan wanita
Setiap pelaksanaan sholat berjamaah. jamaah laki-laki masih punya akses pandang untuk melihat kepada jamaah wanita atau sebaliknya, suara wanita yang terdengar hingga kekuping jamaah laki-laki waktu dzikir menunggu imam, waktu membaca 'amin' dan waktu wiridan setelah sholat.  Diantaranya lagi adalah pulang serentak/ bareng antara laki-laki dan wanita.
Semua kejadian yang saya sebutkan diatas dianggap KAPRAH oleh mereka. Padahal semestinya tidak begitu. Misalnya saat pulang dari masjid, pada jaman Nabi dikisahkan jamaah wanita pulang lebih dulu dan laki-lakinya pulang belakangan / diam dulu di masjid sampai para jamaah wanita pulang semua, sehingga tidak timbul ikhtilath di jalan. Namun yang di kaprahi sekarang adalah jamaah wanitanya berlama-lama di masjid karena mereka beranggapan 'lama di masjid' sebagai bagian dari kebaikan sehingga keluarnya dari masjid terjadi ikhtilath karena berbarengan dengan jamaah laki-laki dan tidak dianggap sebagai suatu kesalahan.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah di sebagian masjid masih memiliki jeding / tempat wudlu tunggal sehingga disitu bukan hanya terjadi ikhtilat tetapi hingga terjadi 'penampakan' aurat.
Jalan keluarnya, hendaklah para pengurus masjid melihat kesiapan kondisi masjidnya jika ingin memperbolehkan wanita masuk masjid untuk berjamaah sholat jumat. Bukankah agama kita sudah menyatakan bahwa sholat wanita dirumah lebih baik daripada di masjid walaupun dibelakang Nabi.

2) Adzan JUMAT.
Adzan mempunyai dua fungsi; 1) sebagai pemberitahuan masuknya waktu sholat, 2) sebagai panggilan  / pemberitahuan akan didirikannya sholat berjamaah.
Pada hari jumat warga NU biasa mengumandangkan adzan DUA KALI, pertama adzan sebagai tanda masuk waktu dluhur dan kedua sebagai adzan jumat. Namun yang dianggap KAPRAH oleh warga NU adalah adzan pertama dikumandangkan dengan KERAS dan MERDU sementara adzan kedua dikumandangkan dengan CEPAT dan TIDAK KERAS. Disini terjadi SALAH KAPRAH pada adzan ke-2 (adzan jumatnya), dimana mereka menghilangkan fungsi adzan sama sekali atau lebih tepatnya mereka hanya melakukan adat / KEBIASAAN saja pada adzan kedua.
Menurut saya, semestinya adzan KE 2 ATAU ADZAN JUMAT juga dilakukan seperti adzan pertama, yaitu dengan SUARA KERAS dan MERDU, sehingga muslimin yang masih ada di luar mesjid biar cepat-cepat masuk masjid, karena ADANYA adzan kedua berarti Khotbah Jumat segera dilaksanakan dan dilanjutkan dengan sholat jumat.

3) Penarikan Amal
Sebagian masjid melaksakan TARIK AMAL saat khotib sedang berkhutbah. Kesalahannya adalah jamaah disibukkan menaruh amal dan dibisingkan dengan suara uang recehan karena wadah amalnya terbuat dari kaleng bekas, Sehingga khotbah tidak khitmat dan cendrung tidak didengarkan. Padahal, saat khotbah jumat dibaca, kita makruh melakukan amalan-amalan lain selain mendengarkan khotbah jumat. Artinya kita naruh jariah, wiridan, bincang ilmu, dakwah, dan bentuk ibadah lain saat khotbah, tidaklah mendapat pahala. Apalagi ngomong tak karuan saat khotbah...!  

Tambahan: 3 keadaan kita makruh melakukan ibadah;
1. saat khotbah jumat
2. saat ada suara adzan
3. saat ngantuk

4) Imam Sholat Jumat,
Kesalahkaprahan yang biasa dilakukan adalah saat naik mimbar. Biasanya mereka naik mimbar dengan diiringi sholawat, sholawat pertama untuk tangga mimbar pertama, sholawat kedua untuk tangga kedua, sholawat ketiga untuk tangga ketiga. Mereka begitu konsisten melakukan kebiasaan ini, padahal ini bukan bagian dari aturan agama, sampai-sampai, mungkin mereka tidak akan melangkah ke tangga berikutnya jika sholawat tidak di baca.
Pernah terjadi sebuah kasus dimana sang Bilal tertidur / tidak baca sholawat saat Khotib duduk diantara dua khotbah, maka saat itu si KHOTIB menunggu sholawat dibaca dan sepertinya enggan melanjutkan khotbah ke dua, sehingga, menurut saya, duduknya si Khotib terlalu lama hingga batas membatalkan khotbah. Ini terjadi karena si Khotib memahami bacaan sholawat di antara dua khotbah sebagai suatu keharusan, padahal tidak demikian adanya.
Untuk menghindari ini ada dua jalan yang perlu dilakukan, 1. mengadakan training untuk para khotib baru 2. jangan membiasakan diri membuat tiga tangga di mimbar.

5) Wirid / bacaan Dzikir selesai sholat jumat
Umumnya di masjid-masjid NU para imamnya membaca beraneka ragam bacaan; mulai dari tahlil, tawasul, kirim-kirim pahala Fatihah, pengumuman pengajian dan lainnya. Yang saya tahu, selesai salam sholat jumat, Nabi kita Muhammad saw menuntun kita agar tidak merobah posisi duduk tahyat akhir den membaca surat alFatihah 7x, alIkhlash, alFalaq, anNas masing-masing 7x, dengan begitu kita akan mendapatkan penghapusan dosa kecil hinga hari jumat berikutnya. Tetapi Saudara NU kita telah terjebak pada amalan tanpa didasari ILMU, mereka ngarang-ngarang sendiri bacaan2 setelah salam jumat dan menganggapnya sesuatu yang KAPRAH.

6) Salam-salaman (JABATAN TANGAN) selesai salam sholat.
Lihatlah oleh kalian bahwa mereka selesai salam sholat jamaah langsung salam-salaman kanan-kiri depan belakang, mereka beranggapan yang dilakukannya itu adalah kebaikan. Padahal, sebenarnya mereka telah mengganggu sesama muslimnya yang hendak mengamalkan wiridan ba'da jumat seperti yang diajarkan Nabi. Jalan keluarnya ialah lakukanlah saling jabat tangan itu nanti selesai doa, dengan demikian semuanya insyaalLah lebih tertib.

Sebenarnya masih banyak sekali kejadian-kejadian salah di masjid NU di hari jumat jika kita mau menelaahnya, namun saya cukupkan pada apa yang sudah saya sebutkan di atas, semoga menjadi peringatan untuk orang-orang yang mau diperingati dan rendah hati.

'aFWAN..!